Menu

Mode Gelap
Akhiri Musim Liga 1, PSM Makassar Menang dan Suporter Tuntut Transparansi Klub DPP Lingkar Mahasiswa Sulawesi Selatan Kecam Tindakan PT Sinar Surya Cemerlang: Penahanan Ijazah dan BPKB Rustan Dinilai Melawan Hukum Korupsi Bendung Baliase Koalisi Parlemen Jalanan Desak Kejati Sulsel Usut Pejabat Terkait Tetek Bengek Dugaan Korupsi Bendungan Baliase KPJ: Desak kajati periksa Satker dan PPK Mobilisasi Ratusan Ketua RT/RW Barru ke Luar Kota Diduga untuk Menangkan Paslon Nomor 2

Bola & Sports · 27 Mei 2025 WITA ·

Akhiri Musim Liga 1, PSM Makassar Menang dan Suporter Tuntut Transparansi Klub


 Akhiri Musim Liga 1, PSM Makassar Menang dan Suporter Tuntut Transparansi Klub Perbesar

Parepare — PSM Makassar menutup Liga 1 musim 2024/2025 dengan kemenangan atas Persita Tangerang dalam laga pekan ke-34 yang berlangsung di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare, Sulawesi Selatan. Hasil tersebut memastikan Juku Eja finis di posisi keenam klasemen akhir.

 

Namun di balik kemenangan itu, atmosfer pertandingan diwarnai aksi protes dari kelompok suporter PSM, PSMFans 1915, yang menyuarakan kekecewaan mereka terhadap manajemen klub dan panitia pelaksana (panpel) pertandingan.

 

Protes Tarif Tiket dan Sikap Manajemen

 

Kelompok suporter menyoroti kenaikan harga tiket pasca renovasi stadion yang dinilai tidak sepadan dengan peningkatan fasilitas. Renovasi hanya mencakup penambahan kursi dan pengecatan tribun, tetapi harga tiket melonjak hingga 50%. Tuntutan disampaikan melalui somasi dan pernyataan terbuka, serta aksi boikot dua pertandingan sebelumnya.

 

Dalam upaya mencari titik temu, PSMFans 1915 telah melakukan dua kali mediasi dengan manajemen dan panpel, namun belum membuahkan hasil. Kelompok suporter menilai manajemen cenderung menghindari tanggung jawab atas persoalan internal klub, termasuk soal keuangan.

 

Diskusi Akhir Musim dan Isu Flare

 

Pada 21 Mei 2025, perwakilan suporter dan manajemen kembali bertemu di sebuah kafe di Parepare. Diskusi fokus pada rencana penyalaan flare sebagai bagian dari tradisi akhir musim. Flare direncanakan dinyalakan setelah pertandingan, sesuai regulasi BRI Liga 1 pasal 51 poin a yang melarang aktivitas yang mengganggu jalannya pertandingan.

Baca Juga :  Luis Diaz Berpengaruh Di Liverpool Dalam Kotrak Mohamed Salah

 

Namun, H-1 laga, pihak panpel menginformasikan bahwa izin penyalaan flare tidak diberikan karena tidak mendapat persetujuan kepolisian. Alasan tersebut disampaikan tanpa penjelasan rinci.

 

Ketegangan Jelang dan Saat Pertandingan

 

Pada hari pertandingan, PSMFans mengajukan klarifikasi terkait distribusi tiket. Koordinasi dilakukan bersama panpel baru dan pihak keamanan. Dua perwakilan suporter diminta menandatangani surat pernyataan terkait tanggung jawab penggunaan flare, meski sebelumnya telah menyampaikan bahwa mereka tidak bisa mengontrol seluruh penonton.

 

Memasuki babak pertama, suporter melakukan aksi damai dengan orasi di tribun selatan sebagai respons atas insiden pengusiran suporter sebelumnya. Aksi berlangsung tanpa provokasi dan kekerasan.

 

Saat babak kedua berlangsung, pemeriksaan menuju tribun diperketat. Beberapa anggota suporter mengalami penggeledahan dan penyitaan flare, meski telah membeli tiket secara resmi. Suporter menyatakan bahwa perlakuan tersebut merampas hak kenyamanan mereka sebagai penonton.

 

Insiden Menjelang Akhir Laga

 

Pada menit ke-87, flare mulai dibagikan untuk dinyalakan setelah pertandingan berakhir. Namun, terjadi insiden perebutan flare dengan aparat keamanan yang disertai bentrokan fisik. Beberapa pihak, termasuk perwakilan suporter dan polisi berpakaian sipil, mencoba melerai. Suasana kemudian kondusif dan flare dinyalakan sebagai bentuk ekspresi penolakan terhadap tindakan represif.

 

Setelah laga, suporter meminta manajemen klub menandatangani surat pernyataan sebagai bentuk tanggung jawab. Surat tersebut ditandatangani langsung oleh manajer PSM, Fajrin.

Baca Juga :  Selain Gerak Jalan, IKA Polimarim Ami Bakal Gelar Malam Puncak Reuni Akbar

 

Penahanan Dua Suporter dan Respons Terhadap Media

 

Usai pertandingan, dua anggota suporter, AR (24) dan N (27), diamankan polisi berdasarkan laporan petugas keamanan stadion. Mereka ditetapkan sebagai tersangka setelah 24 jam pemeriksaan tanpa didampingi pengacara. Padahal, menurut pengacara yang belakangan mendampingi, belum ada bukti sah berupa video, saksi, atau visum yang menguatkan tuduhan.

 

Keduanya ditahan selama 20 hari untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut. Suporter mengecam proses hukum yang dinilai tidak transparan dan meminta perlakuan adil sesuai hukum yang berlaku.

 

Selain itu, kelompok suporter juga menyoroti pemberitaan media yang menyebut AR dan N sebagai “dalang kerusuhan” tanpa bukti hukum yang sah. Mereka menyatakan bahwa penggunaan istilah tersebut melanggar asas praduga tak bersalah dan berpotensi menyesatkan publik.

 

Artikel ini telah dibaca 71 kali

Baca Lainnya

Guru di MIS Cendikia Makassar Keberatan Diperlakukan Tak Etis oleh Ortu Siswa: Akan Tempuh Jalur Hukum

23 November 2024 - 12:37 WITA

Klasemen Sementara MotoGP 2024 

24 Maret 2024 - 22:15 WITA

Lanny- Ribka Rebut Gelar Bersejarah, Hasil Swiss Open 2024

24 Maret 2024 - 22:07 WITA

Pengamat Bola Asing Puji Pergerakan Egy Maulana Ketika Melawan Vietnam

24 Maret 2024 - 21:59 WITA

MotoGP Portugal 2024  Pembalap Ducati Diusik, Mampukan Marc Marquez Lanjutkan Podium?

24 Maret 2024 - 20:07 WITA

FIFA Resmi Berikan Restu VAR di Vietnam

20 Juli 2023 - 21:54 WITA

FIFA Resmi Berikan Restu
Trending di Bola & Sports