MEDAN – Pengungkapan jaringan narkoba besar-besaran di Sumatera Utara membuat heboh.
Dalam operasi senyap sejak akhir April 2025, Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumut berhasil membongkar sindikat besar penyelundupan sabu.
Tak tanggung-tanggung narkotika jenis sabu seberat 100 kilogram yang dikemas rapi, disamarkan sebagai dalam bungkusan kopi berhasil disita petugas. Barang itu rencananya akan diedarkan di beberapa wilayah.
Kisahnya bermula dari penangkapan seorang pria berinisial CT pada 28 April 2025. Ia ditangkap saat meninggalkan mobil di parkiran sebuah supermarket.
Tapi yang mengejutkan, di dalam mobil tersebut polisi menemukan 33 kilogram sabu tersimpan dalam kompartemen rahasia. Rapi, tersembunyi, dan nyaris tak terdeteksi.
“CT ini pemain lama. Ia bukan cuma kurir, tapi juga merekrut orang lain dan memastikan barang sampai,” Direktur Resnarkoba Polda Sumut Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak.
Dari pengakuannya, CT bekerja di bawah perintah seorang buronan berinisial BOB, yang disebut sebagai otak pengiriman. Untuk setiap misi, CT menerima bayaran Rp 80 juta, dan sudah empat kali mengantar sabu ke Jakarta sejak Februari 2025.
Polisi kemudian menelusuri jejak CT hingga ke pria berinisial ZUL. pria yang diduga akan menjemput mobil berisi sabu.
Penangkapan ZUL membuka fakta baru yakni rumah kontrakannya di kawasan Kompleks Tasbih I, Kota Medan, ternyata markas pengemasan sabu.
“ZUL bertugas mengemas sabu agar tampak seperti produk kopi. Ia juga disuruh menyewa rumah itu oleh seorang pengendali lain, berinisial Tong,” ungkap Calvijn.
Strategi sindikat ini pun terbilang licik. Setelah ZUL menyewa rumah, ia diminta pergi berlibur.
Saat kembali, ZUL mendapati mobil berisi 28 kilogram sudah terparkir rapi di depan rumahnya, untuk mengelabui petugas. Namun skema itu gagal.
Polisi terus bergerak dan pada 30 April 2025, pasangan suami istri, SUD dan KAM, mereka ditangkap di Pelabuhan Merak, Banten.
Mereka diduga menjadi kurir pengiriman terakhir, dengan iming-iming bayaran Rp300 juta sekali jalan.
Kini, polisi terus memburu dua otak utama jaringan ini. Polda Sumut juga bersinergi dengan Polda Sumsel untuk menelusuri jalur distribusi dan kemungkinan keterlibatan jaringan internasional.
“Ini sindikat yang terorganisir rapi. Tapi satu per satu, kita bongkar,”tegas Calvijn.